Dering sms tiba-tiba mengusik aktifitas kerjaku yang melelahkan tadi malam. Sebuah pesan dari pengirim yang tidak kukenal.
DIA : Realitas ini mengejutkan manusia modern, krn kita terbiasa dlm kebenaran tunggal. Kebenaran itu paradoks.
AKU : Begitu paradoksnya sampai gw nggak tau pengirim sms ini. Apakah punya identitas tunggal, atau sekadar bersembunyi di balik realitas.
DIA : Nama dan pengirim hanyalah obyek dari substansi dari subyek pikiran kita Gie. Absurd memang.
AKU : Tidak akan menjadi absurd jika substansi dari subyek pikiran kita memiliki obyek yang teridentifikasi. Sebutkan namamu, Teman!
DIA : Ya identifikasi identitas pun menjadi narasi besar rasionalitas yg menindas konstruksi keutuhan manusia, thanks Gie. Menikahlah!
Dialog sms itu pun berhenti. Aku tidak berminat membalas sms terakhirnya karena kata terakhirnya justru tengah menjadi narasi besar rasionalitas yang menindas konstruksi keutuhan diriku saat ini. Membalasnya hanya akan menambah penat saja.
Dia telah berhasil membangun absurditas dengan bersembunyi di balik kata-kata 'bermake up tebal' tanpa tujuan yang jelas atas diriku yang kelelahan. Sadarkah dirinya bahwa dia sebenarnya tengah menindas temannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

1 comment:
kamu terpancing teman..
seharusnya takperlu kau hiraukan pesan-pesan tak bernama itu
dia hanya ingin menguji kelenturan katamu..
Post a Comment