Sunday, March 27, 2011

Soliloqui

tak juga kutemukan dirimu. dalam
selembar cermin. yang retak
oleh penanggalan. mungkin tersesat
di riuh kembara, lembar kitab suci, pula keheningan.

kau. aku.
di manakah? siapakah?
sejak dari rahim aku mencarimu.

Wednesday, January 19, 2011

Surat Untuk Isteriku Kelak.

Isteriku kelak,

Mungkin engkau masih terserak di antara rahasia-rahasia Tuhan. Tetapi kelak jika engkau menerima pesan ini maka ketahuilah bahwa engkau adalah anugerah terindah hidupku.

Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya manusia 
biasa. Saat ini aku punya pekerjaan.
 Tapi aku tidak tahu apakah nanti aku akan tetap punya pekerjaan. Tapi
 yang pasti aku akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi
 kebutuhan istri dan anak-anakku kelak.

Aku memang tinggal di kontrakan.
 Dan aku tidak tahu apakah nanti akan kontrak selamanya atau memiliki rumah idaman yang indah. Yang pasti, 
aku akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak aku tidak kepanasan
 dan tidak kehujanan.

Aku hanyalah manusia biasa, yang punya banyak
 kelemahan dan beberapa kelebihan. Aku menginginkan kamu untuk
mendampingiku. Untuk menutupi kelemahanku dan mengendalikan
 kelebihanku.

Aku hanya manusia biasa. Cintaku juga cinta biasa.
 Karena itu, aku ingin kau membantuku memupuk dan 
merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa.

Aku tidak tahu apakah kita
 nanti dapat bersama-sama sampai mati atau tidak. Karena aku tidak tahu suratan
 jodohku. Yang pasti aku akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami yang baik.

Kelak kenapa aku memilihmu?

Aku mungkin tidak akan pernah tahu kenapa aku memilihmu. Yang aku tahu, kita nanti akan dipertemukan Tuhan. Dan yang pasti, aku
 memillihmu untuk menyempurnakan hidupku.

Aku
 tidak akan menjanjikan apa-apa. Aku hanya berusaha sekuat mungkin
 untuk menjadi manusia yang lebih baik dari saat ini. Usaha yang akan berjalan sempurna saat kau mendampingiku.

Istriku kelak, lengkapilah diriku!

Monday, January 10, 2011

masih

aku masih di sini.
berselimut harapan yang basah.
tempias janjimu tak juga reda.
menyusun baitbait sakit detik demi detik.

Otak Pejantan

Adakah yg lebih ranum dari dada padat membusung?
Sedegup jantung,
kan menuntun ragu pemalu pada harapan pejantan.
Lenguh.
Peluh.

Monday, August 23, 2010

Simulakra.

"Jangan bangun! Di sini ada aku."
Aku harus bangun tak ada kamu di sini.
"Sayang!"
Bangun.
"Aku"
Kamu.
"Itu"
Ini.
"Ada"
Tak ada.

Tuesday, April 06, 2010

Kotak.

Sekotak rindu terbang
membelah angkasa
untuk sebuah nama

Coba mengetuk asa
menyusuri cakrawala
meski tanpa tandaterima

Ia kini pasti berkelana mengabarkan cinta.

Monday, March 29, 2010

Kunci.

Aku kehilangan kunci.
Kujelajahi tiap sudut hati mencarinya.
Dan kutemukan kembali tersembunyi di senyummu.

Saturday, June 13, 2009

Pada Sebuah Kata.

Mungkin dalam diriku dan dirimu, kitab itu telah terbuka sejak lama. Tapi huruf-huruf itu memang sulit dibaca apalagi difahami. Hingga aku dan engkau menemukan kata yang dapat dimengerti. Walaupun sampai saat ini, tak satupun dari kita yang sanggup menuturkannya.

Ironis memang, tak mampu merapalkan apa yang sudah dimengerti. Tapi aku, mungkin juga engkau, tak pernah bertanya kepada siapapun kenapa semua ini terjadi. Huruf-huruf sunyi itu menggeliat lemah di ujung jarum jam. Yang gesit bergerak mengajarkan makna pada peristiwa.

"O, kami tak akan melelehkan mimpi kami di atas gejolak blast."

Kita akan eja kata itu huruf demi huruf, lalu kita ketuk pintu-pintu gerbang yang melapisi langit meminta ijabah.